Purbo Asmoro

Oleh Dahlan Iskan

Purbo Asmoro
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Malam itu Ki Purbo masih menambah satu pekerjaan lagi untuk dirinya. Ia taruh alat musik gender di depannya –instrumen yang juga sulit. Ia akan mendalang sambil menggender. Juga sambil menabuh gendang –suara gendang itu diwakili suara di mulutnya.

Kalau tidak ada pandemi tidak mungkin ada dalang melakukan itu. Saking inginnya tetap berkarya di masa pandemi Ki Purbo melakukan apa pun yang mungkin dilakukan.

Kehadiran gender itu ternyata sangat mewarnai, tetapi Ki Purbo harus membagi tangannya. Kapan menggerakkan wayang, kapan menabuh gender.

Saya begitu terharu melihatnya di YouTube. Malam itu Ki Purbo memainkan lakon 'Sudomolo'.

Hanya ada satu orang 'lain' di situ. Yakni anaknya nomor dua. Yang memegang kamera. Untuk live streaming.

Lakon 'Sudomolo' sendiri dipilih karena konstektual: itu adalah doa dari Ki Purbo agar pandemi segera lenyap.

Itu dilambangkan tokoh Betari Durga di lakon itu. Yang asalnya adalah bidadari cantik di alam kedewaan. Karena berbuat jahat dia jadi raksasa wanita yang buruk. Dia juga  jadi pembawa segala bencana di alam dunia.

Setelah puluhan tahun menjalani hidup sebagai raksasa, Durga ingin kembali menjadi bidadari. Agar dunia bisa kembali tenteram. Satu-satunya yang bisa 'meruwat' Durga adalah si bungsu Pandawa, Sadewa.

Ki Purbo sadar adegan sesaji itu bisa dikecam kalangan agamawan garis jingga. Maka ia jelaskan: sesajen itu bukan untuk dipersembahkan kepada setan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News