Ratusan Aktivis Peringati Peristiwa Malari 1974

Ratusan Aktivis Peringati Peristiwa Malari 1974
Ratusan aktivis dari berbagai angkatan memperingati 49 tahun meletusnya peristiwa Malari 1974 yang digelar di TIM, Jakarta, Senin (16/1). Foto: Ist.

"Misalnya, wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode, itu saya kira merusak demokrasi," ujar Bursah yang memimpin peringatan Malari kali ini.

Pandangan senada dikemukakan Hariman Siregar.

Dia juga merasa aneh dengan mengemukanya wacana masa jabatan presiden diperpanjang tiga periode dan wacana tunda pemilu.

Menurutnya, wacana tunda pemilu makin aneh, ketika kemudian alasan yang dikemukakan tidak ada uang.

"Ya, kalau enggak ada uang kenapa malah bangun ibu kota negara (IKN) baru," katanya.

Sementara itu akademisi Sidratahta Mukhtar menilai wacana perpanjangan masa jabatan presiden merupakan ancaman dalam konsolidasi demokrasi.

Dia menilai setiap presiden seharusnya mendorong demokrasi menjadi lebih baik, seperti yang pernah dilakukan Habibie dan Gus Dur.

Pakar hukum pidana Universitas Indonesia (UI) Chudry Sitompul dalam kesempatan yang sama mengingatkan bahwa pemimpin Jerman Adolf Hitler juga dipilih secara demokratis.

Ratusan aktivis memperingati peristiwa Malari 1974, mengingatkan pentingnya mempertahankan demokrasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News