Remehkan Volunterisme, Politisi Gerindra Dicap Terbiasa Politik Transaksional

Remehkan Volunterisme, Politisi Gerindra Dicap Terbiasa Politik Transaksional
Harry Van Yogya (dua kanan), saat bertemu muka dengan Capres Joko Widodo usai mengayuh becak dari Jogjakarta. Foto.ist

jpnn.com - JAKARTA - Sikap politisi Partai Gerindra, Pius Lustrilanang yang meremehkan volunterisme (kesukarelawanan) menuai kritik.

Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana, menilai sikap Pius meremehkan volunterisme yang ada di kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), justru memerlihatkan dirinya sudah terbiasa dengan cara-cara politik mobilisasi dan transaksional, sehingga tidak rela menerima kenyataan bawah volunterisme itu masih ada.

Menurut Ari, kesukarelawanan atau volunterisme di kubu Jokowi-JK merupakan kelebihan dari pasangan tersebut untuk menyentuh hati nurani masyarakat.

Volunterisme ditunjukkan dua tukang becak, Blasius Hariyadi atau Harry van Yogya dan Abuanto, yang menggenjot becak dari Jogjakarta ke Jakarta untuk mendukung Jokowi-JK.

"Kalau Pius tak percaya adanya volunterisme, sikap Pius tersebut telah membuka 'wajah asli' bahwa mereka sudah terbiasa dengan politik mobilisasi dan transaksional sehingga gagal untuk melihat kemunculan volunterisme," kata Ari Dwipayana, di Jakarta, Rabu (2/7).

Menurut Ari, tak bisa ditolak lagi bahwa ada ketidakmampuan Pius yang mendukung Prabowo-Hatta, untuk menggerakan volunterisme warga itu.

Yang ditunjukkan saat ini memang kontras antara kubu Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta, dimana kubu Jokowi-JK sangat padat relawan tanpa bendera partai dan berasal dari segala segmen sosial. Sedangkan kubu Prabowo-Hatta justru lebih kental bendera partai.

Hal kontras lain adalah, volunterisme ditandai dengan keanekaragaman, bersifat desentralisasi, dan tersebar karena muncul dari inisiatif warga.
Sementara politik mobilisasi-transaksional ditandai dengan keseragaman karena didorong oleh instruksi, komando dan terpusat.

JAKARTA - Sikap politisi Partai Gerindra, Pius Lustrilanang yang meremehkan volunterisme (kesukarelawanan) menuai kritik. Pengamat Politik dari Universitas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News