Reshuffle dan Impeachment
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Kisah impeachment yang lebih dramatis dialami oleh Soekarno. Sang proklamator yang membidani lahirnya Indonesia harus mengakhiri karier politiknya secara tragis, diisolasi, dan disingkirkan dari kekuasaannya.
Rencana kudeta oleh PKI pada 1965 gagal dan membawa kehancuran bagi partai itu.
Soekarno kehilangan pendukung politik terkuatnya. Politik keseimbangan yang dia mainkan sejak awal 1960-an runtuh dan Angkatan Darat yang menjadi musuh politik utama Soekarno makin kuat dan mendominasi.
Jenderal Soeharto perlahan mengambil alih panggung dan menyisihkan Soekarno.
Kekuatan politik Soekarno surut dengan cepat setelah terbitnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).
Pada 12 Maret Soeharto membubarkan PKI dan pada 18 Maret menangkap 15 menteri loyalis Soekarno.
Lalu, pada 27 Maret Soekarno terpaksa mengumumkan kabinet baru bentukan Soeharto.
Pembersihan loyalis Soekarno pun terjadi di kalangan militer dan birokrasi. Dominasi Soeharto pun menguat di kalangan anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) yang anti-Soekarno.
Jokowi kelihatannya sudah berancang-ancang melakukan reshuffle kabinet, sementara lawan-lawan politik Jokowi memunculkan wacana impeachment.
- Berpuisi di Arena Rakernas, Komarudin Ingatkan Kader PDIP Tak Jadi Pengkhianat
- Hasto: Olahraga Tidak Mengenal Jalan Pintas dan Politik Karbitan
- Suara Mengempis di Pileg 2024, Riyanta Ambil Formulir Cawagub Jateng dari PDIP
- Peringatan Waisak Bisa Menjadi Inspirasi Keberagaman yang Saling Menguatkan
- PDIP: Ketika Nama Pak Ahok Disuarakan, Kepemimpinannya Diakui
- PDIP Inginkan Pilgub Jateng Lawan Kotak Kosong, Tidak Capek, Semua Senang