Rezim Vladimir Putin yang Rajin Menghabisi Oposisi

Rezim Vladimir Putin yang Rajin Menghabisi Oposisi
Vladimir Putin. Foto; AFP

Dia nekat masuk ke lapangan saat laga Prancis melawan Kroasia berlangsung dalam pergelaran final Piala Dunia 2018.

Tetapi, jauh sebelum peristiwa itu, Verzilov adalah musuh Kremlin. Musuh Putin. Dia rajin mengkritik pemerintah. Dia juga yang menjadi Jubir Pussy Riot. Tiap band punk itu menggelar aksi, Verzilov menjadi tokoh utamanya. Bahkan, dia pula yang mewakili Pussy Riot saat menerima penghargaan dari Yoko Ono.

Polah Verzilov membuat gerah Putin. Apalagi setelah terbukti bahwa penjara tidak mampu melunakkan bapak satu anak tersebut. Selasa, saat menghadiri hearing di pengadilan ibu kota, dia tiba-tiba tidak berdaya. Yang dia lihat hanya kegelapan.

Rentetan perseteruannya dengan Putin membuat Pussy Riot yakin bahwa Verzilov hendak dibunuh. Pelakunya? Pasti Putin. Atau orang-orang suruhannya.

Namun, Kremlin jelas tidak mau dituduh begitu saja. Apalagi, tidak ada bukti kuat yang mengarah pada keterlibatan pemerintah. Khususnya Putin.

Jangankan dalam kasus Verzilov yang saat ini diselidiki. Terhadap peracunan Skripal yang ada bukti keterlibatan dua warga Rusia pun Kremlin membantah keras.

’’Mereka tidak ada kaitan apa pun dengan pemerintah,’’ ujar Jubir Kremlin Dmitri Peskov kepada The Guardian.

Yang dia maksud dengan mereka adalah dua pria yang tertangkap CCTV berkeliaran di dekat kediaman Skripal beberapa hari sebelum peracunan. Dua pria itu, Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, adalah warga Rusia. Kini keduanya sudah kembali ke Rusia.

Presiden Vladimir Putin begitu membanggakan dominasinya di Rusia. Di bawah pemerintahannya, Negeri Beruang Merah berhenti menoleransi oposisi

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News