Rezim Vladimir Putin yang Rajin Menghabisi Oposisi

Rezim Vladimir Putin yang Rajin Menghabisi Oposisi
Vladimir Putin. Foto; AFP

Meski Inggris menyebut dua pria itu sebagai tersangka kasus novichok yang membuat Skripal dan putrinya sempat lumpuh, Rusia bergeming. Moskow bahkan tidak memperlakukan keduanya sebagai tersangka. Pekan lalu keduanya justru diberi kesempatan meluruskan tuduhan dalam wawancara TV.

’’Kami berada di sana (area rumah Skripal, Red) karena hendak ke Katedral Salisbury. Katedral setinggi 123 meter yang direkomendasikan teman,’’ kata Petrov dalam wawancara dengan Margarita Simonyan, Pemred RT, Kamis (6/9). Dia kembali menegaskan pembelaan Kremlin bahwa mereka hanyalah turis.

’’Mungkin ini adalah langkah untuk menjelaskan kepada rakyat Rusia. Omong kosong, itu bukan untuk warga Inggris,’’ ujar Mathieu Boulegue, pengamat dari Royal Institute of International Affairs Chatham, sebagaimana dilansir The Daily Express.

Rusia boleh membantah. Kremlin boleh berstrategi untuk menghindari tuduhan. Tetapi, fakta terus berbicara. Jumat (15/9) Nachrichtendienst des Bundes (NDB), lembaga intel Swiss, mengonfirmasikan rencana penyusupan oleh dua warga Rusia ke laboratorium virus.

NDB menjelaskan bahwa dua warga Rusia itu hendak membajak Laboratorium Spiez yang berjarak 40 kilometer dari Bern. Aksi dua pria Rusia yang diyakini sebagai mata-mata Kremlin itu gagal berkat kerja sama Inggris, Belanda, dan Swiss.

Menurut Reuters, dua warga Rusia itu datang ke kota Den Haag, Belanda, pada Maret lalu. Tujuan mereka adalah Swiss. Namun, mereka dicegat sebelum masuk negara tersebut. ’’Agen kami secara aktif bekerja sama dengan Belanda dan Inggris,’’ ujar Jubir NDB Isabelle Graber.

Menurut laporan Tages Anzeiger, dua pria itu memiliki alat yang mampu membobol sistem komputer pada fasilitas tersebut. Tetapi, mereka bukanlah Petrov dan Boshirov.

Namun, dua kasus tersebut saling berhubungan. Sebab, Laboratorium Spiez punya peran penting dalam mengungkap kasus novichok. Saat itu ilmuwan di sana memeriksa novichok yang diperoleh Inggris pada awal Maret lalu.

Presiden Vladimir Putin begitu membanggakan dominasinya di Rusia. Di bawah pemerintahannya, Negeri Beruang Merah berhenti menoleransi oposisi

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News