Rusia Mengaku Ingin Damai, tetapi Ukraina Malah Mengultimatum

Rusia Mengaku Ingin Damai, tetapi Ukraina Malah Mengultimatum
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin pada Rabu mengatakan tidak ada tanda-tanda Ukraina siap menggelar pembicaraan damai. Sebaliknya,Kiev justru mengeluarkan ultimatum perang. Ilustrasi: Sultan Amanda/JPNN.com

Dia menyebutkan pada 2020, Uni Eropa mendirikan Europe Peace Foundation untuk membiayai perang di Ukraina, melatih tentara Ukraina, memasok senjata dan menjatuhkan sanksi terkait perang kepada Rusia.

“Oleh karena itu menjadi anggota Uni Eropa saat ini adalah bergabung dengan uni yang agresif yang tidak bisa menjamin netralitas,” tekan Galuzin.

Galuzin mengatakan Rusia tidak memasuki wilayah Ukraina karena Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson sudah bergabung secara sukarela dengan Rusia.

Ia mengatakan masyarakat di wilayah-wilayah itu membuat pilihan secara bebas dan sadar melalui sebuah referendum yang relevan.

Mengenai kembali ke meja perundingan, Galuzin mengatakan proses tersebut tak dihentikan oleh pihaknya melainkan oleh pihak Ukraina.

“Hingga hari ini, kami tidak melihat tanda-tanda bahwa (Ukraina) serius menyelesaikan situasi dengan cara damai. Namun dengan jalan yang sebaliknya. Hanya populis dan ultimatum perang yang terdengar dari Kiev,” kata dia.

Pada saat yang sama, Galuzin yakin banyak warga Ukraina menginginkan perdamaian dan pemulihan hubungan dengan Rusia.

Dia menegaskan Zelenskyy memenangkan pemilihan presiden Ukraina berkat janji mengakhiri konflik di Donbas.

Rusia dan Ukraina sebelumnya telah mengadakan sejumlah pembicaraan dan menyetujui draf perjanjian perdamaian

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News