Rusuh Haiti Buntut Pemilu

Rusuh Haiti Buntut Pemilu
Rusuh Haiti Buntut Pemilu
Ratusan demonstran menggelar aksi di dekat perkantoran Dewan Pemilihan Umum di Petionville. Sejumlah remaja pria melempari pasukan penjaga keamanan PBB yang berada di dalam kendaraan lapis baja. Pasukan internasional dan polisi sesekali membalas dengan tembakan gas air mata.

Di sekitar kantor Dewan Pemilihan Umum, termasuk sebuah kawasan tempat  ribuan pengungsi gempa Haiti 12 Januari lalu tampak massa berkumpul, tidak bisa dibedakan antara demonstran dan warga lainnya. "Jika Michel Martelly tidak diangkat sebagai presiden, dalam satu atau dua hari ini, situasi akan semakin memburuk," seru Lucate Hans, 22, seorang demonstran yang membawa tongkat kayu dan poster kampanye kandidat idolanya. "Ketegangan akan semakin memanas dan kami tidak segan akan membunuh siapa pun," ancamnya.

Pengumuman hasil pemilu yang sempat tertunda Selasa malam (7/12) waktu setempat tersebut, dipertanyakan oleh sejumlah pihak di dalam dan luar negeri. Kedubes Amerika Serikat menyatakan bahwa hasil tersebut tidak sesuai dengan laporan para pemantau independen. Hasil yang diperoleh dari kelompok pemantau independen menunjukkan bahwa Celestin-lah yang akan tereliminasi pertama.

Pengajuan gugatan akan dibuka hingga dua hari ke depan. Para pengamat pemilu menyatakan, ada kemungkinan bahwa pemilu putaran kedua, 16 Januari bisa diikuti tiga kandidat, jika Dewan Pemilihan Umum menentukan bahwa hasil peroleh suara tiga kandidat terpaut cukup dekat. Meski langkah tersebut bisa memunculkan polemik secara konstitusional. Karena pemilu putaran kedua hanya boleh diikuti oleh dua kandidat dengan perolehan suara terbanyak.

PORT-AU-PRINCE - Pengumuman hasil pemilu Haiti langsung disambut dengan protes yang berbuntut kerusuhan masal. Empat orang tewas, markas partai pendukung

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News