Sabil dan Prof. Antara
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Beberapa rektor yang pernah diributkan karena rangkap jabatan sebagai jajaran komisaris ialah Ari Kuncoro Rektor Universitas Indonesia, Dwia Aries Tina Pulubuhu Rektor Universitas Hassanudin, dan Arif Satria Rektor Institut Pertanian Bogor.
Tak heran jika jabatan rektor menjadi jabatan yang syarat akan konflik kepentingan.
Rektor yang seharusnya fokus dan berorientasi pada penyelenggaraan pendidikan akhirnya tergoda untuk menjadikan jabatannya sebagai lahan strategis untuk kepentingan pribadi.
Jika pimpinan universitas saja sudah melakukan konflik kepentingan atas jabatan yang diemban, bagaimana mampu meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas? Belum termasuk beberapa universitas yang mengobral gelar honoris causa kepada politisi.
Dunia pendidikan tinggi sudah berubah menjadi perusahaan komersial setelah ditetapkan menjadi PTN-BH, perguruan tinggi negeri berbadan hukum.
Seorang rektor bukan hanya menjadi pemimpin lembaga pendidikan tinggi, tetapi dituntut untuk menjadi seorang direktur utama perusahaan.
Seorang rektor adalah ‘’petugas pemerintah’’, karena dia dipilih oleh pemerintah yang mempunyai suara mayoritas dalam pemilihan rektor.
Rektor adalah jabatan politik yang rawan terhadap intervensi politik.
Sabil, seorang guru honorer di Jawa Barat dipecat gegara dianggap memberi komentar kasar di medsos kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
- 5 Berita Terpopuler: Pengangkatan Honorer Mendesak, SK PPPK Setara PNS, Sama-Sama Harus Loyal dan Berintegritas
- Kekurangan Guru Makin Besar, Pengangkatan Honorer Menjadi PNS & PPPK Mendesak Dilakukan
- Bukan Ridwan Kamil, Golkar Jagokan Sosok Ini sebagai Bacagub DKI
- Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar 2024
- 5 Berita Terpopuler: PPPK Tak Perlu Khawatir, Wakil Rakyat Punya Solusi soal Penempatan Guru, Pertama dalam Sejarah
- Ratusan Honorer Diusulkan jadi PPPK 2024 Jalur Khusus, Apa Maksudnya?