Sampah

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sampah
Ali Mochtar Ngabalin. Foto: M Fathra Nazrul Islam/dok.JPNN

Orang Jepang kemudian punya budaya hidup sosial, politik, ekonomi, dan spiritual yang bersih. Mereka memulai dari kebersihan fisik, lalu merambat ke hidup bersih di faset lain dalam keseharian.

Karena itu tidak heran kalau Jepang menjadi salah satu negara paling bersih dari korupsi. Tentu saja tidak ada negara di dunia yang bebas dari kasus dan skandal korupsi.

Demikian pula Jepang. Namun, ketika kasus-kasus skandal muncul, mekanisme pemecahannnya muncul tanpa harus mengakibatkan disrupsi terhadap tata sosial yang sudah mapan.

Di banyak negara lain di sudut-sudut jalan akan terlihat banyak sekali tong sampah. Itu saja masih belum cukup. Masih ditambahi poster yang menempel di pojok tikungan jalan, "Buanglah Sampah pada Tempatnya", atau "Dilarang Kencing di Sini".

Kalau peringatan baik-baik seperti itu tidak mengefek dan tidak mengaruh akan ditempelken ancaman bagi pembuang sampah sembarangan.

Ancaman bisa berupa denda atau kurungan, lengkap dengan pasal-pasal aturan-aturannya.

Kalau ancaman denda dan kurungan tetap juga tidak mempan, maka masyarakat yang jengkel pun akhirnya keluar watak aslinya.

Papan pengumunan yang menempel pun bunyinya menjadi "Dilarang Kencing di Sini, Kecuali Anjing". Atau, di mulut gang di kampung terpampang ancaman dengan huruf-huruf besar "Ngebut Benjut".

Para pengkritik membalas dengan mengatakan bahwa pemerintah adalah tong sampah yang seharusnya menjadi wadah..

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News