Sang Ibu Belum Tahu, Ayahnya Terus Menangis

Sang Ibu Belum Tahu, Ayahnya Terus Menangis
SEDIH: kedua orang tua Ginan, Aep Supriatna (36 thn) dan Yani Mulyani (33 thn), tampak sedih melihat kondisi anaknya yang masih mendapatkan perawatan intensif pasca mendapatkan tindakan operasi pemisahan kembar siam parasit yang menempel pada mulut Ginan, di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Jalan Pasteur, Kota Bandung, Kamis (26/9). Foto: Denny Kusdinar Pratama/Bandung Ekspres

TAK ada orang tua yang menginginkan anaknya lahir tidak genap. Tak terkecuali pasangan Aep Supriatna, 36, dan Yani Mulyani, 33. Karena itu, mereka amat syok ketika mengetahui anak ketiganya lahir kembar siam tapi ’’tak sempurna’’.
-----------
ZALZILATUL HIKMIA, Bandung
-----------
Suasana Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Minggu (22/9) sore lalu, cukup ramai pengunjung. Maklum, hari libur. Banyak warga yang memanfaatkan hari itu untuk mengunjungi sanak keluarga atau kolega yang sedang dirawat di rumah sakit yang terletak di Jalan Pasteur itu.

Namun, suasana ramai itu  tidak terlihat di lantai dua rumah sakit yang terletak di Jalan Pasteur tersebut. Bahkan, cenderung sepi. Hanya tampak seorang pria duduk sendirian di salah satu sudut lorong. Dia menatap lurus ke arah pintu bertuliskan Intensive Care Unit (ICU). Ya, dia adalah Aep Supriatna, ayah dari Ginan Septian Nugraha yang saat ini sedang mendapat perawatan intensif  karena terlahir berbeda dengan bayi normal pada umumnya.

Ginan lahir pada Kamis (19/9), pukul 16.00, di Cikaduk RT 28 RW 10, Desa Ciroyom, Kecamatan Cipendey, Kabupaten Bandung Barat. Ia lahir dengan berat kurang lebih 3 kg. Namun, bobot itu bukan milik Ginan saja, melainkan ketambahan saudara kembarnya yang lahir tak sempurna. Ia terlahir dengan bentuk yang masih tidak jelas dan dalam keadaan tak bernyawa.

Aep menceritakan, kondisi Ginan saat ini masih memprihatinkan. Bayi yang masih merah itu terparasit kembarannya. Hanya, bila umumnya kembar siam dempet di dada, kepala, atau pinggang, Ginan punya kembaran yang menempel di bagian mulutnya. Sehingga terlihat seakan-akan dari mulut Ginan keluar tubuh kembarannya itu.

’’Doakan ya Neng, anak saya tidak apa-apa. Saya tidak tega melihatnya. Kasihan sekali,’’ tutur Aep. Jawa Pos yang bermaksud melihat kondisi Ginan tidak diperbolehkan masuk oleh petugas di ICU. Sebab, bayi yang belum genap dua minggu itu masih ditempatkan di inkubator dan menjalani perawatan intensif.

Menurut keterangan bidan Ismoyowati, yang membantu persalinan Yani, proses kelahiran Ginan dan saudaranya berjalan normal. Tidak ada keanehan yang terjadi. Bahkan tergolong cepat. Persalinan itu hanya memakan waktu satu jam sejak Yani dibawa ke tempatnya.

’’Cuma memang saat kepala Ginan keluar sempat tersangkut sesuatu. Oleh karenanya, saya menyuruh si ibu untuk kembali mendorong agar si anak bisa segera keluar (seluruh badan),’’ ujar Ismoyowati.

Benar saja, setelah bayi keluar ternyata kondisinya sudah tertempeli saudara kembarnya.   Bentuk badannya tidak sempurna, namun sudah memiliki kaki, tangan, dan penis. Ismoyowati sangat kaget melihat kondisi bayi yang tidak biasa tersebut. Dia bahkan mengaku sempat menjerit histeris.

TAK ada orang tua yang menginginkan anaknya lahir tidak genap. Tak terkecuali pasangan Aep Supriatna, 36, dan Yani Mulyani, 33. Karena itu, mereka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News