Satria Kanjuruhan

Oleh: Dahlan Iskan

Satria Kanjuruhan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - LAGU-lagu pilu. Puisi-puisi haru. Narasi-narasi dari hati yang sunyi. Datang silih berganti.

Tragedi stadion Kanjuruhan menggerakkan siapa saja untuk berontak: mengapa terjadi.

Iwan Fals menyanyikan lagu duka nyaris tanpa suara. Medsos penuh dengan maki, juga puluhan puisi.

Begitu banyak puisi lahir dari tragedi Kanjuruhan ini. Pun dari seorang putri yang baru ke stadion satu kali:

Judul: Sepasang Sepatu di Beranda Rumah Ibu

Hampir setiap detik ibu membuka pintu, menyibak tirai jendela, mondar-mandir di beranda-berharap ada kabar baik dari tetangga.

Baca Juga:

Melihat dan meratap di sepasang sepatu sekolahmu,
Berharap esok Senin masih kau kenakan seragam putih biru itu.

Tapi kau tidak pulang,
Tergeletak tak berdaya di gelanggang,
Ricuh yang berisik di televisi,
Ibu masih menanti suara piringmu meminta sarapan esok hari.

Peradi menyimpulkan bahwa tTagedi Kanjuruhan adalah pelanggaran HAM berat. Ini serius sekali. Komnas HAM harus turun tangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News