SBY Dinilai Mendramatisir Reshuffle Kabinet

SBY Dinilai Mendramatisir Reshuffle Kabinet
SBY Dinilai Mendramatisir Reshuffle Kabinet
JAKARTA - Ketua Umum Jenderal Soedirman Center (JSC), Bugiakso menilai reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II yang kini ada di tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya berubah menjadi sebuah drama politik yang menyita ruang-ruang publik tapi tidak bermanfaat bagi bangsa dan negara ini.

"Desakan reshuffle kabinet awalnya datang dari masyarakat sebagai respon atas keraguan publik terhadap sejumlah anggota kabinet Presiden SBY yang disebut-sebut tersangkut dengan dugaan tindakan pidana korupsi. Oleh SBY, desakan reshuffle kabinet itu malah didramatisir menjadi sebuah pertunjukkan klosal di negeri ini," kata Bugiakso, di Jakarta, Minggu (16/10).

Padahal lanjut Bugiakso, semua drama klosal yang disajikan presiden tentang reshuffle kabinet itu sama sekali tidak ada manfaat dan nilai pendidikannya terhadap demokrasi dan tata kelola pemerintahan. "Yang ada justru sebaliknya merugikan masyarakat karena dramatisasi reshuffle itu tanpa disadari telah memenuhi ruang-ruang publik yang ada di media massa sementara substansi dari desakan masyarakat antara lain copot anggota kabinet yang jadi gunjingan malah tidak disentuh," tegasnya.

Padahal, masalahnya sangat simple, masyarakat minta presiden mencopot dua pembantunya yang bermasalah hukum yakni Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Menakertrans Muhaimin Iskandar.

JAKARTA - Ketua Umum Jenderal Soedirman Center (JSC), Bugiakso menilai reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II yang kini ada di tangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News