Second Born, Konsistensi 3 Dasawarsa Mengusung Nada dan Canda

Second Born, Konsistensi 3 Dasawarsa Mengusung Nada dan Canda
Aksi Second Born dalam konser untuk merayakan eksistensinya selama 30 tahun di jagat hiburan. Foto: jpnn.com

Ajakan itu bersambut. Ramadan 1992, Second Born hijrah ke Jakarta.

Kala itu Second Born hanya diawaki empat personel awal, yakni Deddy Isman, Abdul Kadir, Ayip Bahasyim dan Raymond Patti. “Awal main tanpa gitaris di News Cafe Setiabudi,” kata Ayib.

Baru setelah itu masuklah gitaris Agam Hamzah. Second Born pun sempat berganti nama menjadi DAARK sesuai insisial para personelnya.

Kala itu Second Born sudah main di banyak kelab malam di ibu kota. “Main sama Second Born sering dalam keadaan tak sadar,” kelakar Agam yang dikenal sebagai gitaris jaz.

Sekitar 1993, bergabunglah Deddy Permanasakti, kemudian ada pula Ophie Danzo sebagai partner Ayib menyanyi. Kala itu pula Edo Kondologit juga sering membantu Second Born.

Second Born memilih membawakan lagu-lagu Queen karena demi tampil beda. Sebab, kala itu belum banyak band yang memainkan lagu-lagu Queen di kelab-kelab malam Jakarta.

Namun, itu pula yang membuat Second Born kian mapan sebagai home band berbagai kelab malam. Second Born tak sekadar membawakan lagu-lagu Queen, tetapi juga tampil jenaka.

Untuk menghibur pengunjung kafe, Second Born sering memelesetkan lagu-lagu tenar. Yang selalu ada dalam ingatan personel Second Born adalah ketika membawakan lagu Kopi Dangdut.

Grup musik Second Born merayakan ulang tahunnya yang ke-30 dengan menggelar konser di sebuah hotel di kawasan Senayan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News