Sejarah Ponpes Lirboyo yang Menyatakan Dukungan kepada Anies-Muhaimin
Lalu, pada tahun 1910 M, KH. Abdul karim hijrah bersama istri tercinta hijrah ke tempat sebuah desa yang bernama Lirboyo.
Kemudian, Abdul Karim memakai nama Lirboyo untuk pondok pesantren. KH. Abdul Karim meninggal dunia pada tahun 1954. Ia dimakamkan di belakang masjid Lirboyo.
Sebelum menetap di Desa Lirboyo, KH. Abdul Karim mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH. M. Hasyim Asy'ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan.
Berpindahnya K.H. Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (K.H. Sholeh) dengan harapan agar syi'ar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.
Dengan didukung oleh mertuanya, KH. Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu.
Pendirian pesantren ini juga atas permohonan kepala desa setempat kepada Kiai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di desa Lirboyo.
Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.
Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia
- Kejaksaan Eksekusi Terpidana Pelanggaran Pemilu 2024
- Kata Anies soal Duetnya dengan Ahok di Pilgub Jakarta
- Diminta Maju Sebagai Cagub DKI Lagi, Anies Minta Izin untuk Berpikir
- PPP Punya Bukti, 190 Ribu Suara Partai Hilang di Papua Tengah
- Pilkada 2024: Anies - Ahok Masuk Bursa Cagub-Cawagub di PDIP
- Kekuatan dan Ketenangan Hati Gibran di Tengah Pandangan Merendahkan