Sejumlah Mahasiswa Indonesia Lulus dari Perguruan Tinggi Australia tanpa Perlu ke Sana

"[Lalu] buru-buru cari koneksi supaya bisa email dosen untuk minta extension [perpanjang waktu] ... supaya bisa mundur waktu pengumpulan esainya," ujar Cici.
Cici adalah penerima beasiswa dari LPDP untuk melanjutkan studi S2-nya di bidang Teaching English for Speaker of Other Languages (TESOL) di Univesity of Sydney, pada Agustus 2020.
Meski ada pilihan untuk dialokasikan ke universitas lain, Cici memilih untuk tidak pindah ke universitas lain karena ia tetap ingin berangkat ke Australia.
Ia sempat optimis bisa berangkat ke Australia di bulan November 2020, karena melihat penanganan COVID-19 di Australia yang menurutnya lebih bagus dibandingkan negara lain.
Namun hingga selesai kuliah ia tidak bisa berangkat karena perbatasan internasional Australia yang masih ditutup hingga sekarang.
Berupaya untuk segera mendapat ijazah
Setelah lulus, Cici memilih mengikuti 'graduate in absentia', agar bisa mendapatkan ijazah dengan segera.
Graduate in absentia merupakan sebuah opsi yang diberikan oleh pihak universitas, termasuk University of Sydney, untuk mahasiswa dari luar Australia agar dapat menerima ijazah tanpa harus menghadiri wisuda di kampus.
"Nah kalau misalnya menunggu ijazahku dateng sampai November kan lumayan lama, jadi aku enggak ikut wisudanya supaya ijazahnya bisa secepatnya dikirim."
Sejumlah lulusan Australia asal Indonesia menceritakan tantangan mereka selama kuliah secara daring dari rumah mereka selama pandemi COVID-19
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas