Selalu Malas Bermain Catur

Oleh Dahlan Iskan

Selalu Malas Bermain Catur
Dahlan Iskan di ladang gandum di pedesaan Amerika Serikat menjelang panen. Foto: Disway

Lebih sering menang?
“50:50,” katanya.

Main catur, katanya, penting. Bagi umurnya yang sudah 78 tahun. Yang di rumah hanya berdua dengan istrinya.

”Saya senang. Level saya masih terus naik. Berarti otak saya tidak terdegradasi oleh umur,” katanya.

Belum semua orang cari lawan di komputer. Masih ada yang cari lawan secara berhadapan. Misalnya di Denver minggu lalu. Saat saya melewati 16th street. Tempat teramai di Denver.

Saya lihat ada lima meja catur dibuka. Di tengah jalan. Yang mobil tidak boleh kewat.

Lima orang itu menunggu lawan. Yang mau datang ke meja caturnya. Dengan catur siap dimainkan.

Sepi. Tidak ada yang mampir ke meja itu. Saya juga tidak mau. Lagi “kesusu”.

Itu mengingatkan saya saat ke St Petersburg dulu. Saat Uni Soviet belum terpecah lalu.

Sebenarnya saya sendiri suka main catur. Bahkan pernah juara. Saat masih SD dulu. Juara baca Quran pula. Dan juara pidato. Tingkat kecamatan. Saat 17 Agustusan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News