Siti Jenar

Oleh: Dahlan Iskan

Siti Jenar
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saat itu Raden Patah lagi menjadi raja Demak. Pengaruh Raden Patah merosot karena rakyat berbondong menjadi pengikut Syekh Siti Jenar. Dari sinilah konflik besar terjadi.

Tokoh wayang yang memerankan Raden Patah adalah Romo Wijoyo, suami Dewi Shinta.

Untuk tokoh para Walisongo dan Syekh Siti Jenar dibikinkan wayang  baru. Juga dari kulit. Dibuat oleh ahli wayang dari Yogyakarta. Sosoknya sempurna sekali.

Saya suka dengan wayang Syekh Siti Jenar. Masih seperti wayang kulit biasa tetapi menggambarkan profil kecendekiawanan Siti Jenar.

Tentu perdebatan antara Wali Songo dan Siti Jenar akan sangat dalam bila penguasaan dalang akan ilmu di dua aliran itu sangat baik.

Saya kurang puas di kualitas perdebatan antara syariat dan tarekat dalam lakon ini. Tetapi itu sepenuhnya di tangan dalang.

Saya berharap Ki Hardono lebih menarik lagi memainkan wayang hakikat ini. Terutama di kemampuan dialognya. Rasanya publik akan lebih tertarik.

Saya juga suka wayang versi baru lainnya: wayang santri. Yang diciptakan Ki Enthus Susmono. Ini lebih ke wayang golek Sunda. Yang setting-nya dibuat seperti ludruk Surabaya.

Lakon pergelaran malam itu: Banjaran Syekh Siti Jenar. Anda sudah tahu: Siti Jenar akhirnya mati akibat mempertahankan pengajarannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News