Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global

Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global
Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global
Proyek prakarsa anti tembakau dari WHO merupakan momentum yang tepat dan menguntungkan bagi korporasi-korporasi farmasi. Setidaknya, ada tiga keuntungan yang  berhasil diteguk dari ketiga korporasi itu. Pertama, melalui proyek prakarsa iniindustri tembakau dapat dibunuh, atau setidaknya dapat dihambat perkembangannya. Kedua, pada saat yang sama, korporasi farmasi dapat leluasa mempromosikan produk-produk terapi pengganti nikotin. Ketiga, hal pertama dan

kedua di atas, dapat dilakukan melalui dan dengan dukungan badan dunia WHO melalui kebijakan dan regulasi yang mematikan industri tembakau. Sekaligus juga

menghidupkan industri farmasi yang menghasilkan dan menjual produk-produk therapi pengganti nikotin. Dengan bantuan WHO pula, program ini bisa leluasa

bergerak ke seluruh dunia menerobos batas-batas kedaulatan suatu negara.

Salah satu hal penting dalam pelaksanaan proyek prakarsa bebas tembakau adalah ketika WHO berhasil meletakkan landasan hukum internasional dalam memerangi  tembakau adalah dengan lahirnya Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Konvensi ini merupakan senjata ampuh untuk mematikan industri tembakau dan meletakkan landasan hukum internasional bagi promosi  dan perdagangan produk obat pengganti nikotin yang dihasilkan dan dijual  oleh korporasi  farmasi.

Tidak ada bisnis yang lebih nyaman dan aman daripada bisnis yang didukung oleh suatu lembaga internasional dan hukum internasional yang dibungkus rapih dan

Judul tulisan di atas melukiskan betapa perang nikotin tidak lebih dari sebuah intrik-intrik korporasi farmasi internasional untuk  meraup keuntungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News