Smackdown dan Polisi Indonesia

Smackdown dan Polisi Indonesia
Ilustrasi polisi Indonesia. Foto: Ricardo/JPNN

Di Yogyakarta seorang siswa SD mengalami gegar otak setelah kepalanya terbentur lantai ketika mempraktikkan smackdown. Di Surabaya seorang siswa patah lengan karena kena smackdown teman sekelasnya.

Pada acara-acara yang bermuatan kekerasan semacam ini televisi Amerika mengeluarkan peringatan ‘’don’t try it at home’’, jangan dipraktikkan di rumah. Atau ada juga peringatan ‘’done by professional’’, diperankan oleh aktor profesional. Namun, dalam praktiknya peringatan itu tidak mempan.

Tindakan violence sangat mudah menular. Budaya kekerasan sangat mudah ditiru karena pengaruh media yang sangat kuat. Tanpa terasa budaya kekerasan itu sudah merasuk menjadi habitus yang sudah terinternalisasi.

Bantingan smackdown polisi terhadap demonstran mahasiswa menunjukkan bahwa pak polisi benar-benar profesional sebagai pegulat bebas. Ia mengaku melakukannya secara refleks dan tidak ada niat menganiaya. Polisi melakukan tindakan itu karena melihat tindakan mahasiswa yang sulit dikendalikan.

Namun, dalam tayangan video terlihat jelas bahwa polisi melakukan gerakan bantingan yang sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal.

Jargon polisi yang populer sekarang ini adalah ‘’profesional dan terukur’’. Tindakan smackdown itu terlihat mencerminkan jargon itu, karena dilakukan dengan cara pegulat profesional dan dengan bantingan yang terukur.

Polisi minta maaf atas tindakan profesional dan terukur itu. Namun, pelaku smackdown tetap diproses hukum.

Irjen Napoleon Bonaparte mungkin sering menonton acara smackdown. Tongkrongan dan wajah Jenderal Napoleon sangat pas memerankan bintang smackdown. Apalagi namanya juga cukup menjual.

Smackdown polisi Indonesia terhadap demonstran mahasiswa menjadi sorotan media internasional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News