Suluk Pencuci Hati

Suluk Pencuci Hati
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Tulisan hari ini tidak usah Anda baca. Tidak ada gunanya.

Ini bukan soal kondom. Juga bukan soal bulog desa.

Ini ‘hanya’ soal pedalaman. Pedalamannya seorang manusia. Mungkin jauh dari yang Anda perlukan.

Ratusan orang minggu lalu menjalani suluk. Semacam retreat. Sepuluh hari. Tidak pulang. Puasa. Ibadah. Dzikir. Salat. Hampir sepanjang hari dan malam.

Begitulah penganut tarekat sering melakukan. Setahun satu atau dua kali.

Seseorang, sebelum menganut tarekat, biasanya belajar dulu tasawuf. Untuk mengetahui makna hidup yang sebenarnya: hakekat hidup.

Untuk apa makan. Untuk apa minum. Untuk apa tidur. Untuk apa hidup. Untuk apa berdoa. Untuk apa sembahyang. Untuk apa perlu dekat dengan Tuhan.

Setelah tahu semua itu barulah: bagaimana caranya bisa dekat dengan Tuhan, di manakah jalan itu, dan lewat jalan yang mana.

Tarekat artinya jalan. Jalan menuju Tuhan. Bukan jalan yang kelihatannya lurus dan lapang, tapi jalan itu ternyata menuju pabrik kondom.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News