Survei Pernikahan Sesama Jenis Pengaruhi Kesehatan Mental Kaum LGBT
"Para penyuka sesama jenis sama yang lebih sering terpapar pada pesan prasangka dan pesan diskriminasi selama plebisit juga mengalami peningkatan gejala depresi dan kecemasan, dan juga stres," katanya.
Para peneliti melakukan survei daring selama plebisit undang-undang pernikahan.
Mereka memiliki lebih dari 1.300 responden, dan menggunakan salah satu ukuran kesehatan mental yang paling banyak digunakan: Depresi, Kecemasan, dan Skala Stres (DASS).
Para responden diminta untuk mengindikasikan seberapa sering dalam sebulan mereka menemui pesan media yang berkaitan dengan pernikahan sesama jenis dari konten yang dibagikan secara daring, laporan berita televisi dan radio, artikel surat kabar atau majalah, dan iklan publik.
Mereka kemudian menilai pesan ini berdasarkan kategori anti hingga pro-LGBT pada skala 0 hingga 5.
Stefano Verrelli mengatakan, mereka yang menemukan pesan-pesan media negatif lebih dari sekali sehari memiliki tingkat kecemasan 58 persen lebih tinggi daripada mereka yang terpapar seminggu sekali.
"Ini cukup konsisten dengan apa yang mereka temukan di luar negeri, baik di Amerika Serikat dan Republik Irlandia ketika mereka harus memilih untuk urusan pernikahan sesama jenis," katanya.
Photo: Studi ini menemukan bahwa dukungan bagi kelompok LGBTI dari teman, keluarga dan organisasi komunitas mengurangi dampak negatif dari plebisit pernikahan sesama jenis. (ABC News: Marco Catalano)
- Verifikasi dengan Swafoto Bersama Kartu Identitas: Seberapa Aman dan Bisa Diandalkan?
- Dunia Hari Ini: Surat Kabar Inggris Digugat Pangeran Harry
- Apa yang Menyebabkan Dwi Kewarganegaraan Indonesia sekadar Wacana?
- Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
- Dunia Hari Ini: Rekor Roti Terpanjang di Dunia Dipecahkan di Prancis
- Dunia Hari Ini: Israel Serang Rafah, Meski Hamas Setujui Gencatan Senjata