Tantangan Guru Daerah Terpencil Berat

Tantangan Guru Daerah Terpencil Berat
Tantangan Guru Daerah Terpencil Berat
MEULABOH--Program Sarjana mengabdi pada daerah terdepan, terluar, terpinggir (SM-3T ), bertujuan memeratakan pendidikan di Indonesia telah digulirkan. Namun, akibat beratnya Medan yang dilalui untuk mengajar menjadi tantangan tersendiri bagi para guru SM-3T. Demikian diutarakan anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar, Lc,MM, Kamis (13/12), melalui telpon selularnya.

Salah satu contoh, kata Raihan, yaitu 2 guru muda program SM-3T Winda dan Geugeut yang mengabdi di Aceh tewas karena terseret arus sungai Simpang Jernih yang sangat deras. Daerah tersebut, kata Raihan, memang masih minim infrastruktur. “Tidak ada jalan raya, listrik, sinyal telepon, sarana transportasi yang minim, dan gurunya juga  dengan honor kecil,” ucapnya.

Raihan mengaku berduka dengan kejadian itu. Semoga hal ini tidak menyurutkan langkah mulia para guru-guru dalam program SM-3T untuk terus mengabdi pada daerah terpencil. “Pemerintah harus merespon insiden ini secara bijaksana. Hendaknya, jadikan kejadian tersebut sebagai cambuk agar terus melakukan mempercepatkan pembangunan infrastruktur dan pendidikan di Aceh," harapnya.

Anggota DPR RI, asal Daerah Pemilihan (Dapil), Aceh ini juga menjelaskan kalau anggaran dana Pemerintah untuk Aceh cukup besar. Aceh, tuturnya, juga mendapatkan Dana Otonomi Khusus (Otsus) sebesar 6.1 triliun dari APBN pada Tahun 2013. Dana otonomi khusus ini dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

MEULABOH--Program Sarjana mengabdi pada daerah terdepan, terluar, terpinggir (SM-3T ), bertujuan memeratakan pendidikan di Indonesia telah digulirkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News