Teddy Minahasa

Oleh: Dahlan Iskan

Teddy Minahasa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka teman-temannya melihat Teddy bukan pemilik bintang yang terang. Yang tidak perlu didekati atau ditempel. Ia bukan kelompok Ferdy Sambo yang cemerlang.

Temannya melihat selama banyak tahun terakhir Teddy seperti tertekan jiwanya dalam masalah  karier.

Waktu di majalah Tempo saya diajari untuk memperhatikan para juara angkatan di Akabri. Mereka pasti calon pemimpin masa depan.

Saya memperhatikan Teddy karena ajaran itu. Ia juara angkatan 1993. Bukan karena kenal.

Kadang sulit mengikuti perjalanan karir para juara itu. Apalagi ketika tidak terlalu aktif lagi di media.

Maka di kalangan wartawan yang memperhatikan mereka, Teddy digolongkan yang bintangnya redup.

Barulah wartawan tiba-tiba terjaga ketika Teddy diangkat menjadi kapolda di wilayah A: Jatim. Lima hari lalu. Yakni setelah bintang-bintang di grup Ferdy Sambo banyak disisihkan.

Saya bisa membayangkan betapa kaget Teddy Minahasa menerima pemberitahuan jadi kapolda Jatim itu. Kagetnya orang gembira. Umurnya 51 tahun, masih nututi kalau setelah itu masih akan naik lagi.

Saya bisa membayangkan betapa kaget Irjen Teddy Minahasa Putra menerima pemberitahuan jadi kapolda Jatim itu. Setelah itu tersandung kasus narkoba.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News