Telah Lahir: Sang Penari Langit Nasional

Telah Lahir: Sang Penari Langit Nasional
Telah Lahir: Sang Penari Langit Nasional

Taman Listrik Tenaga Angin yang saya kunjungi di pedalaman Sumba, Minggu, 5 Oktober lalu, itulah yang umurnya sudah lebih dari satu tahun. Ada 28 kincir angin bergenerator yang ditanam di Desa Kemanggih, Maubaukul, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, itu.

Semuanya masih berputar normal. Kadang tiangnya bergoyang-goyang saat angin sangat kencang. Memang dibuat begitu agar lentur. Maka, kincir-kincir itu seperti menari-nari mengikuti irama dan arah angin. Ricky sendiri menamakannya "para penari langit".

"Tidak pernah rusak. Satu hari pun," ujar Umbu Janji, tokoh penggerak desa itu.

Hari itu, setelah kebaktian di gereja, Umbu Janji menjemput saya. Meski kini sudah menjadi anggota DPRD Sumba Timur dari PAN, Umbu Janji "turun pangkat" menjadi sopir. Terutama setelah saya gagal jadi sopir yang baik: Ban kiri depan hancur dan peleknya pun penyok-penyok. Saya nabrak batu-batu tajam di jalan padang sabana yang kering dan luas itu.

Malam itu saya tidur di Kemanggih, di rumah Pak Umbu Yanus. Di rumah kayu berkolong tinggi yang tidak berpintu. Tangga untuk naik ke rumah tersebut hanya satu papan dengan posisi menyerong. Agar tidak terpeleset, kayu-kayu kecil dipakukan melintang, menjadi anak tangga.

Malam itu beberapa penduduk menemani saya tidur di tikar. Yang laki-laki di ujung sana, yang ibu-ibu menemani Bu Tri Mumpuni di ujung sini. Beberapa orang sengaja tidak mau tidur semalam suntuk. Main catur. Semuanya, laki-perempuan, menginang sirih. Bukan daunnya, tapi buahnya.

Bu Puni, panggilan Tri Mumpuni, aktivis pemberdayaan penduduk desa terpencil itu, sudah biasa dikerumuni ibu-ibu Kemanggih. Dia sudah berkali-kali tidur di desa tersebut sejak 20 tahun lalu. Bu Puni-lah yang mengarahkan agar CSR Pertamina diberikan ke desa itu.

Sebelum tidur, saya mengunjungi TLTA karya Ricky. Di sebuah bukit yang tertinggi di desa itu. Indah dan temaram. Di bawah terang bulan yang masih muda, di atas bukit yang langitnya jernih, kami mendongak ke sana kemari dengan takjub. Taman listrik itu terbayang seperti taman bunga matahari yang jangkung.

    "Suami saya sudah hilang," celetuk sang istri.     "Hilang di Sumba," jawab sang suami. RICKY

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News