Teras Masjid dengan Selera Restoran Berbintang

Teras Masjid dengan Selera Restoran Berbintang
Teras Masjid dengan Selera Restoran Berbintang
Perkembangan Islam di Prancis tak bisa dilepaskan dari kontribusi komunitas Magribi di sana. Warga bekas kolonisasi yang menjadi migran di Eropa inilah yang membangun jaringan komunitas, termasuk mendirikan masjid di Saint-Etienne.

MARIA W. PARAMITA, Saint-Etienne

WARGA muslim Saint-Etienne mempunyai sebuah pusat kegiatan yang megah: Grande Mosqu"e de Saint-Etienne. Bangunan masjid seluas 900 meter persegi ini sekaligus menjadi kompleks pusat kebudayaan Maroko yang terbesar di kawasan Rhone-Alpes, Prancis.Meski terletak di ujung utara kota, masjid ini gampang ditemukan. Hanya 10 menit berjalan kaki dari stasiun kereta Saint-Etienne, Chateucreux. Beberapa papan penunjuk arah yang dibangun pemerintah kota menuntun saya dengan tepat ke arah masjid ini.

Eksterior bangunannya hampir tidak seperti masjid. Hanya sebuah menara berkubah kecil di pojok bangunan yang menandakan tempat ini adalah masjid. Pada hari-hari biasa, masjid ini hanya dipenuhi jamaah saat ibadah salat Jumat. Selebihnya, masjid ini senyap. Mayoritas muslim di kota ini adalah imigran dari negara-negara di kawasan Magribi. Disebut begitu karena negara-negara ini berada di ujung barat (tempat langit magrib) di kawasan Afrika Utara, seperti Maroko dan Aljazair yang merupakan bekas jajahan Prancis.

Masjid ini merupakan prakarsa L"Association Socio-Culturelle Marocaine de Saint-Etienne atau komunitas warga Maroko di Saint-Etienne. Peletakan batu pertama pembangunannya dilakukan pada 2001. "Kami tidak hanya membangun masjid. Tapi, ini sekaligus menjadi pusat budaya Maroko terbesar di negara ini," kata Larbi Marchiche, wakil dewan penasihat masjid tersebut.

Perkembangan Islam di Prancis tak bisa dilepaskan dari kontribusi komunitas Magribi di sana. Warga bekas kolonisasi yang menjadi migran di Eropa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News