Terpenting Bagi Investor Fasilitas dan Insentif, Bukan Statusnya

Terpenting Bagi Investor Fasilitas dan Insentif, Bukan Statusnya
Suasana di kawasan industri galangan kapal yang berlokasi di Tanjunguncang, Batuaji, Batam, Sabtu (18/2). F. Dokumentasi Batam Pos/jpg

Dalam pertemuan tersebut, Tjaw mengatakan tidak ada pembicaraan terkait status KEK. Pihak kawasan hanya ditanya terkait hambatan investasi dan apa yang diperlukan dalam hal investasi.

Tjaw pun menguraikan satu per satu. Selain hal di atas, Tjaw juga menyampaikan keluhan investor soal biaya logistik yang terlau tinggi. Dari Batam ke Singapura sekitar 650 dolar Singapura. Sementara Batam ke Nagoya Jepang hanya sekitar 1.150 dolar Singapura.

Walau Batam ke Jepang lebih tinggi, namun jika merujuk ke jarak, tarif Batam Singapura terlalu mahal. Sebab, jarak Batam sangat dekat, sementara jarak ke Jepang berkali-kali lipat Batam-Singapura.

"Industri dalam kawasan kami mengeluhkan ini. Mereka sampaikan ini tak masuk akal. Ini juga yang membuat Batam tidak kompetitif," ungkap dia.

Hal lain yang dikeluhkan dalam kesempatan tersebut adalah, terkait hasil produksi untuk pasar domestik yang dibebankan bea masuk. Seperti barang Batam jika dipasarkan ke Jakarta dibebankan bea masuk.

Berbeda dengan barang-barang dari negara ASEAN lain kalau masuk Indonesia atau ke Jakarta beanya ditiadakan.

"Ini yang kita minta penerapannya sama, sama-sama dibebaskan bea masuknya, di-nol-kan saja," pintanya.(leo)


Rencana pemerintah pusat mengubah status Batam dari Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas atau Free Trade Zone (FTZ) menjadi Kawasan Ekonomi Khusus


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News