Tit-for-Tat Setelah Telat 30 Menit

Oleh Dahlan Iskan

Tit-for-Tat Setelah Telat 30 Menit
Dahlan Iskan di ladang gandum di pedesaan Amerika Serikat menjelang panen. Foto: Disway

Saya tidak bisa membayangkan: betapa mahal sewa kapal itu. Juga betapa sulitnya negosiasi. Kalau bayar bea masuk, rugi. Tidak cocok dengan hitung dagang.

Kalau mau dibawa balik ke Seattle tambah rugi. Cari pembeli lain di negara lain juga tidak mudah.

Ditahan lebih lama kedelainya rusak. Atau mutunya turun. Sampai sebulan kemudian masih belum ada jalan keluar. Trump lebih sering lagi pakai topi hijau.

Tiongkok teguh dengan prinsip tit-for-tat. Bea masuk baru itu akhirnya harus dibayar. Ini pilihan yang ruginya paling kecil. Dibanding pilihan lain tadi.

Gara-gara telat hanya 30 menit. Kerugiannya ratusan miliar.

Trump kini mengancam lagi: memperluas cakupan komoditi. Tiongkok membalas dengan tit-for-tat.

Amerika menambah permainan: memberi angin pada Taiwan. Amerika tahu soal Taiwan ini sensitif. Tiongkok bisa tiba-tiba emosi.

Dua hari lalu Amerika memberi panggung pada Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Boleh dua hari singgah di daratan Amerika. Dalam perjalanannya ke Paraguay dan Belize. Dua dari hanya 18 negara yang masih mengakui Taiwan sebagai negara.

Belum pernah ada perang dagang seseru ini. Tiongkok benar-benar menjalankan tit-for-tat. Mata dibalas dengan mata. Tangan dibalas dengan tangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News