Titik Nol Kilometer Bandung, Ada Kisah Kekejaman di Sana

Titik Nol Kilometer Bandung, Ada Kisah Kekejaman di Sana
Titik Nol Kilometer Kota Bandung. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

Begitu mendekat, barulah terlihat sebuah prasasti yang diberi judul, 'Prasasti Bandoeng "0" (Nol)'. Dalam prasasti dikisahkan, "HW (Herman Willem) Daendels, Gubernur Jenderal (1808-1811) yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda, mengemban tugas salah satunya harus membangun Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dari Anyer (Banten) sampai ke Panarukan (Jawa Timur)".

Disebutkan, tujuan utama membangun Jalan Raya Pos untuk memperlancar komunikasi antar daerah dalam rangka memperkuat pertahanan di Pulau Jawa.

Selain itu juga dijelaskan, seusai pembangunan jembatan sungai Cikapundung pada sekitar 1810, untuk pertama kalinya Daendels dan Bupati Bandung RAA Wiranatakusumah II melanjutkan berjalan kaki.

"Sesampainya di tempat itu, Daendels sambil menancapkan tongkat kayu berkata, 'zorg, dat als ik terug kom hier een staad is gebouwd. Artinya 'usahakan jika aku kembali ke sini, di daerah ini telah dibangun sebuah kota".

Atas perintah itu, Wiranatakusumah akhirnya memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Bandung ke wilayah dimana Daendels menancapkan tongkatnya. Tepatnya pada 25 September 1810. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai hari jadi Kota Bandung.

Pada bagian akhir prasasti dijelaskan, di tempat itu pula masyarakat membuat patok berupa tugu yang menyatakan tanda kilometer nol Kota Bandung.

Di area titik nol kilometer yang luasnya hanya beberapa meter persegi tersebut, juga terdapat patung replika wajah empat tokoh. Di bagian kiri monumen mesin penggilingan (stoomwals) kuno, terdapat dua patung replika wajah.

Masing-masing HW Daendels, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-36. Daendels lahir di Hatem, Belanda pada 21 Oktober 1762.

Titik nol kilometer Kota Bandung ditandai dengan sebongkah tugu kecil yang tingginya kurang dari satu meter.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News