Tito: Istilah Muslim Cyber Army Bukan dari Polri
“Kemudian keluar dari pengakuan para tersangka yang mungkin lebih dari 1000 yang mungkin sekarang ini sudah diproses hukum bahkan ada yang sudah keluar (mereka) menggunakan bahasa itu dan di dalam banyak tulisan ada seperti itu,” katanya.
Nah, kata Tito, umat Islam tentu tidak nyaman dengan penggunaan bahasa-bahasa atau istilah seperti itu. Namun, ujar Tito, apakah kemudian harus menyalahkan polisinya menggunakan bahasa seperti itu.
“Tidak, pendapat saya karena polisi hanya menyampaikan faktanya,” jelasnya.
Dia mengatakan kasus MCA tersebut akan dibawa ke persidangan. Nah, di persidangan nanti semua akan sangat terbuka apakah akan keluar bahasa seperti itu. Sebab, ujar Tito, apa yang disampaikan polisi harus sesuai dengan fakta.
“Kalau polisi mengganti nama, justru itu merekayasa, dan itu tidak boleh,” tegasnya.
Lebih lanjut Tito menambahkan supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan, dia sudah menyampaikan dalam video conference dengan jajaran kepolisian agar tidak lagi menggunakan bahasa Muslim Cyber Army.
“Tapi, MCA. Itu akan lebih soft. Di samping itu membuat publik lebih nyaman,” katanya.
Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan isu MCA ini perlu penekanan. Dia mengatakan, saat turun ke daerah pemilihannya di Jawa Barat, banyak aspirasi dari masyarakat agar mempertanyakan persoalan ini.
Menurut Kapolri, istilah MCA muncul dari hasil investigasi karena kelompok tersebutlah yang menamakan diri mereka seperti itu.
- Sahroni Puji Keberhasilan Gugus Tugas Ketahanan Pangan Polri Tingkatkan Hasil Panen Jagung
- Dedi Mulyadi Ungkap Kriteria Pelajar yang Dikirim ke Barak TNI
- PPATK Apresiasi Kinerja Pemerintah dan Polri dalam Penindakan Judi Online
- Keberadaan Kasat Reskrim Iptu Tomi yang Hilang saat Memburu KKB pada 2024 Masih Misteri
- Penyelundupan Narkoba ke Rutan Polresta Samarinda, 3 Polisi Terancam PTDH
- RKUHAP Tak Akan Menjadikan Kepolisian & Kejaksaan Tumpang Tindih Tangani Perkara