Tito: Istilah Muslim Cyber Army Bukan dari Polri

Tito: Istilah Muslim Cyber Army Bukan dari Polri
Jenderal Tito Karnavian. Foto: dok.JPNN.com

“Kemudian keluar dari pengakuan para tersangka yang mungkin lebih dari 1000 yang mungkin sekarang ini sudah diproses hukum bahkan ada yang sudah keluar (mereka) menggunakan bahasa itu dan di dalam banyak tulisan ada seperti itu,” katanya.

Nah, kata Tito, umat Islam tentu tidak nyaman dengan penggunaan bahasa-bahasa atau istilah seperti itu. Namun, ujar Tito, apakah kemudian harus menyalahkan polisinya menggunakan bahasa seperti itu.

“Tidak, pendapat saya karena polisi hanya menyampaikan faktanya,” jelasnya.

Dia mengatakan kasus MCA tersebut akan dibawa ke persidangan. Nah, di persidangan nanti semua akan sangat terbuka apakah akan keluar bahasa seperti itu. Sebab, ujar Tito, apa yang disampaikan polisi harus sesuai dengan fakta.

“Kalau polisi mengganti nama, justru itu merekayasa, dan itu tidak boleh,” tegasnya.

Lebih lanjut Tito menambahkan supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan, dia sudah menyampaikan dalam video conference dengan jajaran kepolisian agar tidak lagi menggunakan bahasa Muslim Cyber Army.

“Tapi, MCA. Itu akan lebih soft. Di samping itu membuat publik lebih nyaman,” katanya.

Anggota Komisi III DPR Daeng Muhammad mengatakan isu MCA ini perlu penekanan. Dia mengatakan, saat turun ke daerah pemilihannya di Jawa Barat, banyak aspirasi dari masyarakat agar mempertanyakan persoalan ini.

Menurut Kapolri, istilah MCA muncul dari hasil investigasi karena kelompok tersebutlah yang menamakan diri mereka seperti itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News