Tradisi Merawat Mayat di Toraja, Baju Diganti, Kopi Ditaruh

Tradisi Merawat Mayat di Toraja, Baju Diganti, Kopi Ditaruh
Warga membersihkan jenazah saat ritual adat Ma'nene di Lo'komata, Lembang Tonga Riu, Kecamatan Sesean Suloara Toraja Utara,(12/9/2017). FOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

Batu dipercaya sebagai simbol ”kuat dan abadi”. Mayat yang disimpan di dalamnya akan lebih awet, tidak segera membusuk seperti jika dikuburkan dalam bumi.

Semua warga Tonga Riu berhak mendapatkan tempat di Lo’ko’ Mata. Meski tidak tinggal di sana, perantau yang lahir di Tonga Riu atau punya hubungan kekerabatan yang dekat dengan salah seorang warga Tonga Riu juga boleh dimakamkan di sana.

Namun, untuk kerabat biasanya harus ada persetujuan keluarga inti. Jenazah juga boleh menumpang di liang kerabat lain atau ditempatkan di makam beton untuk sementara. Biasanya itu dilakukan saat liang untuk keluarga serumpun mereka sendiri belum selesai.

Itu pula yang pernah terjadi pada Bumbungan. ”Bapak saya sempat dimakamkan di bawah (bangunan makam dari beton di bawah Lo’ko’ Mata, Red) waktu liang keluarga di batu besar belum selesai,” kisahnya.

Prosesi penggantian baju dan penjemuran jenazah masih berlangsung hingga hari ini (14/9). Besok dan hari terakhir, warga setempat bakal mengadakan ”pesta” dengan menyembelih kerbau.

Tidak semua keluarga bisa menyumbangkan kerbau untuk Ma’nene kali ini. Namun, beli kerbau atau tidak, Ma’nene tetap menjadi ajang yang membahagiakan bagi warga setempat.

Sebab, mereka bisa bertemu lagi dengan raga orang terkasih dan mengungkapkan kasih sayang kepada keluarga yang telah berpulang. (*/c9/ttg)


Dalam tradisi merawat mayat di Toraja, keluarga juga memasukkan barang atau makanan kesukaan mendiang semasa hidup, kebanyakan sirih dan kopi, ke dalam liang.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News