Tugas Paramedis di 'UGD Buruh Migran'

Ada Pasien Patah Tulang karena Hindari Kehormatan Hilang

Tugas Paramedis di 'UGD Buruh Migran'
Sukanah, ketika diperiksa oleh Dokter Regan Lombantoruan di ruang UGD TKI. Foto: Zulham Mubarak/Jawa Pos.
Tak hanya itu. Banyak juga di antara TKI yang pulang dalam kondisi depresi berat, stres, sampai mengalami gangguan jiwa. Mereka itu, kata Regen, kebanyakan TKI yang direkrut dari desa-desa di pedalaman dan langsung dipekerjakan ke luar negeri. "Stres karena tak paham bahasa asing dan tak mengerti harus bekerja dengan alat-alat canggih. Akibatnya, terjadi cekcok dan bahkan penyiksaan oleh majikan," katanya.

Regen lalu membawa Jawa Pos ke ruang perawatan. Di sana tiga TKI sedang tidur di ranjang menanti surat rujukan ke Rumah Sakit Polri. Ketiganya mengalami patah tulang di pergelangan kaki. Dua di kaki kiri dan satu di kaki kanan. "Ibu-ibu ini rela mengalami patah tulang demi menjaga kehormatan agar tidak diperkosa atau dilecehkan majikan. Mereka memang layak disebut pahlawan devisa," kata dia sembari kembali menutup kelambu.

Regen melanjutkan, sepanjang karirnya di terminal 4, dia beberapa kali menangani pasien TKI dengan kondisi yang mengenaskan. Namun, yang lekat di ingatannya adalah ketika menangani TKI asal Nusa Tenggara Timur bernama Keni binti Carda Bodol. Wanita yang bekerja di Arab Saudi itu adalah TKI yang mengaku disetrika dan disiksa majikan perempuannya, Huwafa Al Quraisy, pada Oktober 2008 lalu.

Akibat perbuatan majikannya yang bengis itu, kedua daun telinga Keni menyatu dengan batok kepalanya. Ketika sampai di  terminal 4, tim medis UGD TKI sampai-sampai tidak kuasa menahan emosi ketika merawat Keni. "Rasanya seperti disayat-sayat kami melihat perlakuan kejam majikan Keni," kata Regen.

Banyaknya buruh migran yang menjadi korban penyiksaan dan kecelakaan kerja di luar negeri menginspirasi berdirinya klinik khusus TKI di Terminal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News