Ultah ke-104, Ilmuwan Ini Malah Berdoa Cepat Mati

Ultah ke-104, Ilmuwan Ini Malah Berdoa Cepat Mati
David Goodall, pakar ekologi asal Australia yang berencana menjalani eutanasia alias suntik mati di Swiss. Foto: AFP

jpnn.com, PERTH - ”Saya tidak bahagia. Saya ingin mati.” Kalimat itu meluncur dari mulut David Goodall justru saat dia merayakan ulang tahun. Pada 4 April lalu, pakar ekologi tersebut berusia 104 tahun.

Harapan agar cepat tutup usia justru menjadi doanya di perayaan tersebut. Bagi Goodall, menjadi seorang centenarian (orang di atas umur 100 tahun) justru membuatnya tertekan.

Dia merasa hidup terlalu lama. Jika bisa memilih, dia ingin berusia 20 atau 30 tahun lebih muda.

Goodall tentu saja tidak ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dan membuat kehebohan. Warga Australia itu ingin meninggal dengan tenang didampingi orang-orang yang dicintainya. Yakni, eutanasia alias suntik mati.

Tapi, di Benua Kanguru itu, eutanasia ilegal. Hanya Negara Bagian Victoria yagn mengizinkan. Tapi, undang-undang yang dikhususkan untuk orang yang sakit parah itu hanya mulai berlaku tahun depan.

Goodall tak sakit parah. Dia bahkan masih mengedit beberapa jurnal ekologi. Tapi, usia telah menggerogoti kemampuan tubuhnya. Penglihatannya jauh menurun hingga mendekati buta. Begitu pula dengan kemampuannya berjalan.

Tapi, untuk orang seusianya, Goodall terbilang sehat. Karena itu, dia tak bisa dieutanasia di Australia. Padahal, Goodall ingin segera berpisah dengan dunia. Dia tidak takut sama sekali dengan maut.

Dua tahun lalu, saat usianya masih 102 tahun, Goodall menjadi pemberitaan karena ”diusir” dari Edith Cowan University. Dia dianggap tak layak lagi melakukan tugasnya sebagai peneliti kehormatan di kampus yang terletak di Perth itu.

Umur panjang tak membuat David Godall bahagia. Di ulang tahunnya yang ke-104, Godall justru berdoa agar dirinya cepat mati

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News