Uni Eropa Ogah Mengakui Aspirasi Warga Catalunya

Uni Eropa Ogah Mengakui Aspirasi Warga Catalunya
Massa pendukung kemerdekaan Catalunya. Foto: lavanguardia

Menjelang hari pencoblosan, sekitar 1.300 di antara total 2.315 tempat pemungutan suara (TPS) ditutup paksa. Bahkan, mereka menggunakan kekerasan untuk menghalangi warga Catalunya memberikan suara.

Puigdemont menegaskan bahwa referendum kemerdekaan Catalunya merupakan isu di kawasan Eropa. Karena itu, UE seharusnya bisa menjadi mediator bagi Catalunya untuk membahas kemerdekaan dengan Spanyol.

’’Itu bukan isu domestik. Karena itu, kami membutuhkan mediasi,’’ tegas Puigdemont.

Hal tersebut berbeda dengan keinginannya sebelumnya. Yakni, menyatakan kemerdekaan dalam 48 jam setelah hasil pemungutan suara diperoleh.

Namun, Madrid memandangnya berbeda. Isu kemerdekaan Catalunya adalan urusan dalam negeri Spanyol. Maka, sejauh ini pemerintahan Perdana Menteri (PM) Mariano Rajoy itu selalu berusaha menyelesaikannya secara internal.

Rajoy tidak ingin wilayah Spanyol yang mendatangkan banyak uang dari sektor pariwisata dan industri tersebut memisahkan diri.

’’Saya mengundang seluruh perwakilan partai politik dan anggota parlemen untuk duduk bersama membahas masa depan kita semua,’’ katanya.

Tentu saja, Puigdemont langsung menolak ajakan Rajoy itu. Sebab, satu-satunya hal yang ingin dia bicarakan dengan pemerintah pusat adalah hasil referendum.

Hasil referendum kemerdekaan Catalunya langsung mendapat penentangan dari Uni Eropa

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News