Wabah COVID-19 di Malaysia Terus Memburuk saat Para Politikus Berebut Kursi

Wabah COVID-19 di Malaysia Terus Memburuk saat Para Politikus Berebut Kursi
Lebih dari 12 ribu warga Malaysia meninggal menjadi korban COVID sejak pandemi dimulai tahun 2020. (AFP: Mat Zain/NurPhoto)

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengundurkan diri setelah kehilangan dukungan mayoritas di parlemen, menyusul ketidakpuasan publik dalam cara pemerintah menangani COVID.

Malaysia terus mengalami peningkatan kasus dan kematian akibat COVID, meski sudah menerapkan kebijakan 'lockdown' secara nasional sejak bulan Mei.

PM Muhyiddin Yassin menyerahkan kembali kekuasaan kepada Yang Dipertuan Agung hari Senin, setelah kehilangan dukungan mayoritas di parlemen.

Namun, ia masih akan terus menjalankan pemerintahan sementara mengingat pemilihan umum tidak aman untuk dilaksanakan dalam situasi pandemi saat ini.

"Negara sedang dalam keadaan lockdown, warga kehilangan pekerjaan, tingkat bunuh diri mengkhawatirkan, dan yang paling penting adalah sistem layanan kesehatan kini kewalahan dan hampir ambruk," kata Vinod Balasubramaniam, pakar penyakit menular di Monash University Malaysia.

Angka kasus resmi COVID sudah melewati 1 juta kasus di bulan Juli dan terus meningkat dengan cepat.

Hari Jumat minggu lalu, pihak berwenang melaporkan angka kasus tertinggi harian yakni 21.468 kasus.

Salah seorang warga, Niresh Kaur, sedang mengalami salah satu masa paling sulit dalam hidupnya.

PM Malaysia Muhyiddin Yassin mengundurkan diri setelah kehilangan dukungan mayoritas di parlemen, menyusul ketidakpuasan publik dalam cara pemerintah menangani COVID

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News