WALHI: Pemerintah Pusat Tidak Serius Menangani Karhutla

WALHI: Pemerintah Pusat Tidak Serius Menangani Karhutla
Pengendara kendaraan bermotor menembus kabut asap pekat dampak dari kebekaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc

jpnn.com, JAKARTA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yuyun Harmono menilai pemerintah tidak serius menangani persoalan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Provinsi Riau. Dia mengacu dari sikap pemerintah yang tidak kunjung menetapkan darurat nasional dari kejadian Karhutla di Riau.

"Mereka tidak serius melihat persoalan Karhutla. Termasuk di Riau," kata Yuyun saat dihubungi jpnn.com, Minggu (15/9).

Menurut Yuyun, persoalan Karhutla di Riau masuk kategori amat membahayakan. Sedikitnya 48 ribu hektare hutan dan lahan terbakar. Sebanyak 40 ribu di antaranya kebakaran di lahan gambut.

Buntut 48 ribu hektare hutan dan lahan yang terbakar, berakibat pada kualitas udara yang buruk. Di Provinsi Riau, asap menyelimuti udara sehingga puluhan ribu orang terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA.

"Kemarin sudah ada 47 ribu warga Riau yang terkena ISPA. Jadi, itu data menurut WALHI di Riau," terang dia.

Menurut dia, pemerintah pusat bisa melakukan langkah strategis ketika menetapkan darurat nasional terkait Karhutla di Riau.

Misalnya, pemerintah pusat bisa menetapkan libur sekolah bagi siswa di Riau. Dari status darurat nasional, pemerintah bisa mendirikan ruang bebas asap bagi rakyat di Riau. Bahkan, pemerintah bisa menggratiskan biaya rumah sakit bagi rakyat terdampak asap dari Karhutla.

"Ini bisa dilakukan dengan kerja lintas kementerian. Kemensos dan Menkes. Itu kenapa harus jadi darurat nasional," ungkap dia. (mg10/jpnn)

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yuyun Harmono menilai pemerintah tidak serius menangani persoalan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Provinsi Riau


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News