Wardah di Harvard

Oleh Dahlan Iskan

 Wardah di Harvard
Dahlan Iskan.

Saya akhirnya bertemu seluruh keluarga pemilik Wardah. Saya diundang ke forum Wardah Sabtu lalu. Di salah satu hotel di Ancol.

Seluruh manajernya kumpul. Dari Aceh sampai Papua. Lebih dari 500 orang.

Saya tidak mengenal lagi Salman Subakat. Yang menyambut saya di depan.

Dulu, waktu pertama bertemu, ia pakai jas. Yakni saat saya minta Salman jadi pembicara. Di ulang tahun pertama DisWay. Di Surabaya.

Sabtu lalu Salman tidak ada bedanya dengan karyawan Wardah lainnya: mengenakan baju biru muda lengan pendek. Celananya jeans. Persis para manajer yang lagi berkumpul itu.

Ternyata Harman Subakat juga mengenakan baju itu. Bapaknya juga. Ibunya juga. Adik perempuannya, Sari, juga.

Saya suka dengan seragam Wardah itu. Seragam tapi tidak terasa seragam. Karena potongan, warna dan pilihan kainnya yang casual.

Dari seragam itu saja saya tahu kultur apa yang hidup Wardah. Sederhana. Egaliter. Saling menghormati.

Wardah bukan hanya menggerogoti. Justru sudah mengalahkan. Bersejarah. Produk lokal mengalahkan kosmetik global.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News