Wardah

Oleh Dahlan Iskan

Wardah
Dahlan Iskan dan Wardah. Foto: disway.id

“Dengan suami pak. Tapi lagi cari makan. Katanya kangen makanan Surabaya”.

Sang suami ternyata pernah tinggal di Surabaya. Saat SD dan SMP. Ikut orang tua. Yang jadi tentara.

Waktu kami tiba di Gubeng suaminya belum datang. Saya antar Bu Nurhayati ke ruang tunggu.

Saya sudah telat untuk acara saya berikutnya. Ingin sekali sebenarnya berkenalan dengan suami yang hebat itu. Gagal.

Saya menarik kesimpulan: Bu Nurhayati adalah jiwa yang matang.

Sosok wanita Padang mewujud sempurna dalam pribadinya. Mandiri tapi patuh suami. Kaya tapi tidak menampakkannya. Rendah hati tanpa dibuat-buat. Pekerja keras tanpa kelihatan ngoyo – memaksakan diri.(bersambung)


Saat itu, tahun 2002, Wardah baru saja mulai ingin punya pabrik. Agar jangan industri rumahan lagi. Eh, rumahnya terbakar. Yang di pinggiran Jakarta Selatan itu


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News