WNI Keturunan Tionghoa di Australia: Identitas Kerap Dipertanyakan, Tetap Merasa Bangga
Bern Na juga memiliki alasan yang sama untuk pindah ke Australia demi mendapat rasa aman setelah kerusuhan Mei 1998.
Meski masih memiliki nama China dan sudah menetap 13 tahun lamanya di Australia, ia mengaku lebih suka menyebut dirinya "Indo-Australian".
Photo: Bern Na lebih merasa dirinya Indo-Australian dan berharap komunitas di Indonesia di Australia bisa lebih menyatu."Secara kultural memang aku lebih nyambung dengan orang Indonesia, tetapi aku sudah merasa Australia sebagai rumahku," katanya yang baru memutuskan pindah warga negara tahun lalu.
Menurut Bern, Indonesia dan Australia sekarang menawakan peluang yang hampir sama dalam hal pekerjaan dan karir, tapi ia sudah merasa betah di negara barunya.
Kehadiran warga Indonesia keturunan China di Australia tidak bisa terlepas dari sejarah panjang etnis Tionghoa di Indonesia, termasuk mendapat perlakuan yang berbeda.
Bahkan baru di era mantan presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, perayaan Imlek diperbolehkan secara terang-terangan, bahkan menjadi hari libur nasional.
'Ingat, kita orang Indonesia'
Situasi politik di Indonesia juga menjadi penyebab Siauw Tiong Djin yang memutuskan pindah ke Australia 47 tahun lalu.
Banyak warga Indonesia keturunan China di Australia tetap merasa bagian dari Indonesia, meski kadang mereka dipertanyakan identitasnya sebagai orang Indonesia karena tampilan fisik mereka
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka