Yaah...Awan Rusak Momen GMT di Pontianak

Yaah...Awan Rusak Momen GMT di Pontianak
Ilustrasi. Foto: dok jpnn

jpnn.com - PONTIANAK -- Puncak gerhana matahari di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (9/3)  tidak bisa dinikmati penuh masyarakat. Pasalnya, awan tebal menutupi fenomena alam tersebut dari pandangan. 

Data simulai balai Pengamatan Antarariksa dan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Pontianak, sebelumnya mencatat kontak pertama gerhana di Kota Pontianak seharusnya pukul 6.23. Selanjutnya,  bulan akan mulai menutupi matahari dan terus bergerak selama 1 jam 2 menit hingga masuk fase maksimum tepatnya pukul 7.26.

Gerhana matahari yang seharusnya terlihat dengan intensitas 93 persen itu tak bisa dinikmati karena tertutup awan. Namun, jelang-jelang kontak terakhir yang awalnya diprediksi pukul 8.40, matahari mulai muncul. Gerhana pun mulai sedikit terlihat.

Sekitar pukul 7.45, dengan menggunakan alat khusus, gerhana bisa dilihat. Itupun ketika bulan hendak bergeser keluar atau pasa saat-saat menjelang kontak terakhir. Masyarakat yang memenuhi kantor LPAA Lapan Pontianak di Pontianak Timur, hanya bisa melihat fenomena langka itu sejenak. 

Momen itu pun tak disia-siakan. Masyarakat yang datang dari berbagai penjuru kota, termasuk dari negara tetangga Malaysia, mencoba mengamati fenomena itu. Bidikan kacamata khusus maupun lensa kamera ditujukan ke matahari.

"Lumayanlah bang, daripada tidak sama sekali. Kita tidak bisa menyalahkan alam, apalagi pemilik alam semesta ini," kata Angga, warga Pontianak Selatan di lokasi.

Kepala BPAA LAPAN Pontianak Muzirwan mengatakan, gerhana tidak muncul karena cuaca mendung. Dia menjelaskan, ketika fase kontak pertama pukul 6.23, gerhana tidak bisa dilihat. "Iya karena mendung, akibatnya mataharinya tertutup awan," kata Muzirwan di lokasi.

Namun, ia membenarkan sekitar pukul 7.45 gerhana sempat terlihat sebentar. "Kita sebenarnya berharap fase maksimum," ujarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News