Zaytun Ibrani

Oleh: Dahlan Iskan

Zaytun Ibrani
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dengan gerakan itu sudah sama artinya dengan mengucapkan "Merdeka!".

Tanpa pula harus berjabat tangan.

Assalamu'alaikum masih sering terdengar. Jabat tangan masih sering juga terlihat. Tetapi tidak sebanyak pekik "Merdeka!".

Begitulah suasana di gerbang masuk Al Zaytun. Itulah gerbang barunya. Disebut juga gerbang utara.

Dulu, untuk masuk pesantren ini hanya bisa dari gerbang selatan. "Kelak akan ada dua gerbang lagi. Gerbang barat dan timur," ujar Syekh Panji Gumilang, sang pendiri Al Zaytun.

Malam itu kami memang datang dari arah utara. Dari arah pantai Samudera Biru bagian utara Indramayu.

Kalau harus masuk dari gerbang lama amatlah jauh. Lewat jalan memutar. Bisa selisih setengah jam sendiri.

Luas pesantren ini memang 1.300 hektare. Yang jadi kompleks bangunan saja 200 hektare. Gelap.

KAMI tiba di kompleks Pesantren Al Zaytun sudah sangat gelap. Tetapi penjaga gerbang langsung tahu siapa yang datang. Mobil Syekh Panji Gumilang...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News