SOS Children’s Villages Indonesia, Wadah Memandirikan Anak-Anak Telantar

Diasuh dalam Satu Rumah seperti Anak-Anak Sendiri

SOS Children’s Villages Indonesia, Wadah Memandirikan Anak-Anak Telantar
Anak-anak SOS Children’s Villages yang tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, bebas bermain dan belajar seperti di rumah sendiri. Foto: SOS CHILDREN’S VILLAGES FOR JAWA POS

jpnn.com - Masih banyaknya anak kurang mampu yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga menginspirasi SOS Children’s Villages Indonesia untuk turun ke jalan. Mereka ”berburu” anak-anak seperti itu untuk ”diluruskan” jalan hidupnya.

Laporan Ariski Prasetyo Hadi, Jakarta

SIANG itu, sekitar pukul 13.00, sepuluh murid SD swasta di Cibubur, Jakarta Timur, pulang bareng. Di sepanjang perjalanan mereka terlihat asyik bercengkerama. Mereka tampak ceria.

Sampai di Jalan Karya Bakti, Cibubur, sepuluh anak tersebut masuk ke sebuah rumah sederhana. Rupanya mereka ”satu keluarga”. Dengan bersahutan mereka mengucap salam kepada ”ibu” mereka yang menyambut di depan pintu. ”Gimana tadi di sekolah? Lancar belajarnya?” ujar Yuni, ”ibu” sepuluh anak itu yang lalu menyiapkan makanan di meja makan.

Satu per satu anak-anak tersebut menjawab pertanyaan Yuni sembari mengganti baju seragam dengan baju di rumah. Ada yang menjawab bangga bahwa dia bisa menjawab semua pertanyaan gurunya. Namun, ada pula yang mengaku kesulitan menyerap pelajaran di sekolah. Percakapan antara ”anak” dan ”ibu” itu pun berlanjut di meja makan.

Seusai makan, mereka diperintah segera mengambil air wudu untuk salat Duhur. Anak yang paling tua lalu bertindak sebagai imam. Sekilas keluarga Yuni merupakan keluarga besar yang bahagia. Namun, sebenarnya Yuni bukan orang tua kandung sepuluh anak itu. Yuni adalah ibu asuh anak-anak kurang mampu tersebut.

Di antara anak-anak itu juga tidak ada hubungan keluarga. Mereka datang dari keluarga-keluarga berbeda yang dipersatukan SOS Children’s Villages Indonesia dalam satu rumah, dalam satu keluarga. Salah satunya kini tinggal di rumah Yuni sebagai ibu asuh yang menginginkan anak-anak tersebut tumbuh normal. Tercukupi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikannya. ”Mereka saya perlakukan seperti anak-anak saya sendiri,” kata Yuni.

SOS Children’s Villages merupakan organisasi yang bergerak memperjuangkan kebutuhan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Organisasi nirlaba itu didirikan pada 1949 di Austria. Pendirinya Hermann Gmeiner. Saat itu kondisi Austria porak-poranda akibat Perang Dunia II. Banyak perempuan yang menjanda karena suaminya gugur dalam pertempuran.

Masih banyaknya anak kurang mampu yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga menginspirasi SOS Children’s Villages Indonesia untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News