12 Tembakan di Rumah Irjen Ferdy Sambo, Situasinya Tidak Mungkin Genting

12 Tembakan di Rumah Irjen Ferdy Sambo, Situasinya Tidak Mungkin Genting
Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis tentang baku tembak di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J. Ilustrasi Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mencermati situasi saat terjadi baku tembak yang menewaskan Brigadir J di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7).

Konon dalam insiden yang melibatkan Brigadir J dan Bharada E itu ada 12 tembakan terjadi.

Polisi menyebut Brigadir J melepaskan tujuh tembakan, sedangkan Bharada E lima tembakan.

Melihat jumlah peluru yang berhamburan, Reza menduga situasinya tidak mungkin genting saat kejadian tersebut.

"Kalau situasinya kritis atau genting pasti akan dalam tempo sekejap, pelurunya sedikit," kata Reza Indragiri kepada JPNN.com, Kamis (14/7).

Reza menyebut baku tembak yang menghabiskan banyak peluru mengindikasikan rentang waktunya cukup panjang.

Dia menjelaskan tempo yang panjang itu tidak sesuai dengan kriteria kegentingan atau kritis yang memaksa Bharada E untuk menembak mati Brigadir J.

"Saya membayangkan personel polisi akan bisa menerapkan SOP," ujar pria penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia itu.

Reza Indragiri Amriel punya analisis tajam tentang baku tembak di rumah Irjen Ferdy Sambo yang menewaskan Brigadir J. Dia membandingkan dengan kasus Laskar FPI.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News