20 Tahun Reformasi di Mata Pelaku Sejarah 1998

20 Tahun Reformasi di Mata Pelaku Sejarah 1998
20 Tahun Reformasi di Mata Pelaku Sejarah 1998

Karena ini sudah menjadi gerakan rakyat, gerakan moral dimana tekanan yang dihadapi rakyat akibat krisis ekonomi sudah sangat besar dan ketidakpercayaan pemerintah mampu menyelesaikan masalah ini sudah sangat kuat.

Sehingga kami mahasiswa ITB, ketika itu menyuarakan sikap tidak menerima kepemimpinan Soeharto menjelang sidang umum MPR 1998.

Tapi ternyata Soeharto tidak mau mendengar dengan tetap menjadi Presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1998  bahkan ia membentuk kabinet yang banyak kroni-kroninya.

'Dan yang menariknya meski ketika itu Menteri Pendidikan yang ditunjuk Soeharto ketika itu adalah Rektor ITB, tapi itu tidak mempengaruhi tuntutan kami.

Jadi kalau istilahnya mahasiswa sekarang memberi kartu kuning pada pemerintah, kami ketika itu tetep memberi kartu merah pada Soeharto. Kami tetap menolak Soeharto.

Bagaimana anda melihat kegiatan di tahun 1998 itu dengan apa yang terjadi di Indonesia tahun 2018?

Bagi saya pribadi kita tidak boleh puas dengan pencapaian Indonesia saat ini setelah 20 tahun reformasi, tapi kita tetap harus optimis karena Republik Indonesia itu masih tetap berdiri. Kita masih menjadi bangsa dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Tidak ada disintegrasi dan separatisme yang membuat kita tercerai berai seperti beberapa negara yang juga mengalami krisis juga ketika itu tapi harus keluar dari krisis tersebut dengan tidak lagi menjadi negara mereka sebelumnya seperti Yugoslavia atau Uni Sovyet.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News