Alasan Sejumlah Perempuan Kristen Amerika Tidak Mendukung Donald Trump

Sejak kecil, Kaitlyn Schiess yang adalah mahasiswi S2 Dallas Theological Seminary sudah tahu bahwa orang Kristen mutlak menjadi pendukung Partai Republik.
Di tahun 2016, ia menuntut ilmu di salah satu institusi Kristen paling konservatif di Amerika dan masih ingat saat di mana Presiden Trump salah menyebut pasal Alkitab ketika sedang berpidato di sekolahnya.
Menurutnya, masifnya dukungan evangelis bagi Trump sangatlah mengerikan karena karakter presiden tersebut bertentangan dengan ajaran Gereja.
"Di segala aspek, moralitas seksual, berapa kali ia bercerai, bagaimana ia membicarakan orang lain, keinginannya membangun bisnis besar nan kaya, [ia] tidak memegang hal yang menurut ajaran seharusnya ada dalam diri pemimpin," katanya.
Walau memiliki pandangan berbeda, ia merasa masih memiliki tanggung jawab sehingga tetap berada dalam gereja evangelis.
"Saya cinta jemaat gereja ini dan telah menyaksikan sendiri bagaimana keterlibatan mereka dalam dunia politik sudah sangat merusak tidak hanya komunitas mereka, tapi juga jiwa. Saya ingin melihat perubahan," katanya.

Keputusan yang sama juga akan diambil pria Kristen bernama Jim Ball, yang membuat sebuah gerakan "untuk memastikan bahwa kata dan perbuatan sesuai dengan nilai dasar Kristen yaitu kasih, pelayanan, keadilan, dan kasih karunia".
Jerushah Duford adalah cucu dari Billy Graham, seorang ikon Evangelis Amerika yang menginjili jutaan orang di berbagai stadium di seluruh dunia juga seorang pria yang identik dengan pandangan konservatifnya dalam dunia politik
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Waka MPR: Upaya Pemberdayaan Perempuan Bagian Langkah Strategis
- Usung Konsep Persamaan Gender, Womens Day Run 2025 Akan Digelar Besok
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Yakinlah, Ada Peluang untuk Indonesia di Balik Kebijakan Tarif Donald Trump