Alex Litaay, Sebuah Pelajaran tentang Kesetiaan pada Megawati

Oleh: Andus Simbolon*

Alex Litaay, Sebuah Pelajaran tentang Kesetiaan pada Megawati
Alex Litaay. Foto: Twitter

Kongres ini diadakan untuk menghadapi pemilu 1999 setelah Soeharto lengser dan BJ Habibie menjadi Presiden RI. PDI pimpinan Megawati pun memilih untuk berganti nama menjadi PDI Perjuangan.

Lexy juga sangat berperan dalam acara deklarasi berdirinya PDI Perjuangan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Kongres I PDI Perjuangan di Semarang yang diselenggarakan berkat kerja keras Lexy pun berjalan sukses. Tapi, dia sudah tidak masuk lagi dalam kepengurusan.

Namun, pada kongres 2010, Megawati yang terpilih kembali sebagai ketua umum lagi-lagi menunjuk Lexy sebagai salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan. Hal itu membuktikan bahwa Megawati masih membutuhkan tenaga dan pikiran Lexy.

Yang tak kalah penting, menarik Lexy ke struktur DPP PDIP juga sebagai pengakuan atas kiprah politikus asal Maluku itu. Terlebih, di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDIP memang mulai mengalami guncangan karena kader-kadernya terseret berbagai kasus.

Lexy juga pernah bercita-cita menjadi Gubernur Maluku. Tetapi sayang, pencalonannya tak didukung partainya sendiri.

Pada Pemilu Legislatif 2014, Lexy kembali maju sebagai calon anggota DPR. Tapi ia gagal melenggang ke Senayan.

Waktu Joko Widodo  terpilih menjadi presiden, nama Lexy malah sempat disebut-sebut sebagai salah satu menteri. Tapi, garis tangan justru menuntunnya menjadi Duta Besar RI di Kroasia.

Namun, Lexy bukan politisi yang cengeng dan suka merengek. Meski gagal jadi anggota DPR pada Pemilu 2014, tak diusung menjadi calon gubernur Maluku, bahkan tak masuk ke jajaran pembantu Presiden Joko Widodo di Kabinet Kerja, Lexy tidak pernah meratapi jalan hidupnya. Ia juga tetap konsisten menjadi politikus PDIP.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News