Amplop Suharso
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Misalnya, sekarang ini, ada dua wakil gubernur dari PPP yang 'mubazir': Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Bagaimana bisa, sebuah partai kecil tidak memanfaatkan dua kadernya yang begitu potensial, apalagi dua-duanya putra kiai besar yang sangat menentukan di perjalanan PPP.
Yang wagub Jateng adalah putra kiai besar Maimun Zubair, Rembang, –yang begitu konsisten di PPP. Yang wagub Jabar adalah keluarga pesantren besar Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya.
Dua-duanya kini disingkirkan dari PPP. Tidak punya jabatan apa pun di partai. Pun sekadar di pengurus wilayah atau cabang.
Wagub Jateng Taj Yasin Maimoen tersingkir gara-gara berminat jadi ketua umum PPP. Ia mendeklarasikan diri menjelang Muktamar PPP di Makassar.
"Jangankan bisa jadi calon, masuk arena muktamar saja tidak bisa," ujarnya.
Hari itu Suharso menjadi calon tunggal. Aklamasi. Tidak ada yang berani menyainginya.
Ia mengaku mendapat angin yang baik dari atas –lepas angin itu ada atau tidak.
Kalau Suharso Monoarfa tidak mundur, perolehan suara PPP bisa nyungsep. Anda sudah tahu: Suharso mengucapkan kata-kata yang dianggap menghina kiai.
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Sudah Ada yang Masuk Daftar Hitam, Tak Bisa Daftar CPNS & PPPK
- Pelantikan CPNS dan PPPK 2024 Tertunda, Ternyata Inilah Kendalanya
- 2 Kabar Gembira untuk CPNS dan PPPK 2024
- Honorer Non-Database BKN Diusulkan jadi PPPK Paruh Waktu atau Ikut Seleksi CPNS
- Khusus Honorer Ini Tetap Bekerja Meski Gagal PPPK 2024, Alhamdulillah