Antara People Power dan Oke Ganti Baru

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Antara People Power dan Oke Ganti Baru
Aksi demo mahasiswa di depan Gedung DPR, Jakarta, pada 24 September 2019 yang berakhir rusuh. Foto : Ricardo/JPNN.com

Mahasiswa ilmu politik semester pertama suka mengutip power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely (kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang mutlak akan korup secara mutlak) sebagaimana pernyataan Lord Acton.

Oleh karena itu, kekuasaan tidak boleh dibiarkan berkuasa secara mutlak. Itulah pentingnya kekuatan penyeimbang dari legislatif.

Jika dua kekuatan itu kemudian melakukan kongkalikong, tidak ada penyeimbang lagi. Yang muncul adalah kekuatan mutlak yang akan membuat kondisi miring ke kanan dan tercebur ke jurang otoritarianisme.

Sebaliknya, pemerintahan yang lemah akan terancam oleh gerakan dari kiri dalam bentuk anarkisme publik. Kekuatan publik yang tidak terkendali akan menjatuhkan pemerintah ke jurang anarkisme.

Itulah gambaran yang diberikan oleh Daron Acemoglu dan James Anderson dalam buku ‘The Narrow Corridor: State, Societies, and the Fate of Liberty’ (2019). Kekuatan negara (state) dan kekuatan rakyat (society) berada pada posisi seimbang karena saling mengontrol dan mengawasi.

Dalam posisi seimbang itulah akan terjadi kebebasan demokrasi (liberty), karena tidak ada dominasi dari satu kekuatan terhadap lainnya.

Jurang kanan oleh Acemoglu dan Anderson disebut sebagai ‘Despotic Leviathan’, sedangkan jurang kiri disebut sebagai ‘Absent Leviathan'. Keseimbangan di tengah adalah ‘Shackled Leviathan’.

Leviathan adalah hantu laut yang digambarkan dalam buku berjudul sama karya Thomas Hobbes pada 1651. Hantu laut itu punya wajah banyak. Ia bisa menjadi dewa penolong tapi bisa juga menjadi monster penghancur.

Dalam politik berlaku 'hukum besi' tentang sekali terjadi peralihan kekuasaan dengan kekerasan, akan terulang lagi. Hukum besi berpotensi terjadi di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News