Antikemo Baru

Oleh: Dahlan Iskan

Antikemo Baru
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Hasil riset itu baru saja dimuat di Journal of the American Medical Association (JAMA). Selasa lalu.

Baca Juga:

'Itu obat bekerja sebagai antibodi monoklonal dengan target PDL-1, Programmed death ligand protein,'' ujar Prof Dr Agung Putra, pendiri Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Semarang.

"Dengan obat itu sel kanker tidak bisa melakukan screening sistem imun kita. Dengan demikian imun sistem kita tidak lumpuh oleh serangan kanker," katanya.

Dr Agung adalah peneliti sel yang sangat intens. Setelah jadi dokter dia tidak mau ambil spesialis. Dia tidak mau jadi dokter klinis. Prof Agung ingin fokus menjadi peneliti. Dia ke Kanada. Mendalami sel di sana.

Pulang dari Kanada Prof Agung mendirikan pusat riset kanker dan stem cell. Dia jual seluruh hartanya: beli tanah murah 6 hektare di pinggiran Semarang. To be or not to be.

Dia dirikan lab kelas dunia. Sudah jadi. Saya sudah ke sana empat kali. Dia bangun hotel tikus. Sudah jadi. Dia semai bibit-bibit tanaman herbal terkait kanker. Sudah berbiak. Mulai keladi tikus sampai butrowali.

Kini bagian lain tanah di selatan Semarang itu lagi diratakan: siap-siap mulai membangun rumah sakit.

Prof Agung ingin membuat mini Mayo Hospital di Semarang: yakni rumah sakit yang terkait langsung dengan pusat riset.

DI TIONGKOK harga obat ini USD 280. Di Amerika menjadi USD 8.900. Beda 30 kali lipat. Obatnya sama. Penemuan baru. Untuk kanker.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News