Ataturk

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ataturk
Patung Ataturk di Antalya. Foto: Reuters

Kesultanan Utsmaniyah menjadi pusat interaksi antara dunia Barat dan Timur selama lebih dari enam abad.

Mesir yang menjadi kekuatan Islam di Timur Tengah ditaklukkan oleh Utsmani pada 1517 dan menandai integrasi dua kekuatan Islam yang paling dominan.

Di bawah pemerintahan Sultan Salim I penguasa Utsmaniyah tidak hanya berperan sebagai sultan atau kepala negara Utsmaniyah, tetapi juga sebagai pemimpin dunia Islam secara simbolis.

Dalam perkembangannya kemudian, Barat mengejar ketertinggalannya dengan menemukan renaisans yang menjadi tonggak kebangkitan peradaban Barat.

Pada saat yang bersamaan, kekuasaan Utsmaniyah mulai uzur dan dilanda kejumudan dan dirusak oleh berbagai kasus maladministrasi.

Renaisans melahirkan modernisme Barat yang menjadi kunci kemajuan ilmu pengetahuan, yang kemudian melahirkan teknologi persenjataan perang yang canggih.

Kemudian, Revolusi Prancis pada 1789 melahirkan negara bangsa yang modern di Eropa.

Masuknya Napoleon Bonaparte menguasai Mesir pada 1798 menjadi tonggak kolonisasi Barat terhadap Timur, yang menandai makin surutnya kekuatan Timur dan kian kokohnya kekuatan Barat.

Rencana menjadikan Mustafa Kamal Ataturk menjadi nama jalan di Jakarta mungkin akan mengungkit luka lama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News